PAK ANGGA dari SD MARSUDIRINI PEMUDA, WAKIL JAWA TENGAH
dalam DIKLAT REALISTIC MATHEMAGICS
EDUCATION ( SEAMEO QITEP )
Muda, ganteng,
energik, dan murah senyum. Itulah profil Pak Angga, begitu dia biasa dipanggil
oleh anak-anak didik maupun rekan-rekan guru. Pemilik nama lengkap Gabriel
Erlangga Prasetyanto ini, belum lama berselang terpilih mewakili Guru-guru
matematika se Jawa Tengah untuk mengikuti Diklat Realistic Mathematics Education
yang diadakan oleh Southeast Asian Minister of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Educaton Personnel (QITEP) in Mathematics.
yang diadakan oleh Southeast Asian Minister of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Educaton Personnel (QITEP) in Mathematics.
Apa itu SEAMEO QITEP in Mathematics ? SEAMEO QITEP adalah sebuah
organisasi yang bergerak di bidang
pendidikan di lingkup Asia Tenggara. Sejak tahun 2009 SEAMEO QITEP telah bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan mutu pendidikan Guru-guru Matematika, IPA dan Bahasa di
lingkup Asia Tenggara. Setiap tahun, SEAMEO QITEP mengadakan tiga kali diklat .
Dan pada tanggal 3 – 23 Oktober 2013 yang baru lalu diadakan Diklat Realistic Mathematics Education.
Peserta diklat ini adalah Guru Matematika atau guru Kelas yang mengajar
Matematika tingkat SD yang berasal dari negara-negara anggota SEAMEO.
Bagaimana
bisa, ya... Pak Angga terpilih untuk mewakili diklat bergensi tersebut ? Semuanya
itu berawal, ketika suatu hari beliau ditelepon oleh seseorang yang mengatakan
bahwa beliau mendapat nama Pak Angga dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, dan menyatakan bahwa Pak Angga terpilih sebagai kandidat peserta Diklat
Realistic Mathematics Education. Proses seleksi peserta sendiri berdasarkan wawancara melalui
telepon dengan menggunakan bahasa inggris.
Beberapa pertanyaan yang diajukan
melalui Handphone, diantarnya, “ Can you
introduce your self, please ? dan kedua
“ Please, tell me your hope if you choosen with this course” Dengan penuh percaya diri, semua pertanyaan
itu dijawab Pak Angga dengan lancar, kendati dengan kemampuan bahasa inggris yang pas-pasan.
Beberapa hari
kemudian, Pak Angga menerima surat panggilan, yang menyatakan bahwa ia lolos
seleksi dan resmi terpilih sebagai peserta Diklat Realistic Mathematics Education .
Terkaget-kaget, heran, bingung, deg-degan , bangga dan 1001 macam
perasaan bercampur jadi satu, ketika beliau mengetahui bahawa ia terpilih
untuki mengikuti Diklat tersebut. Namun, tekad dan semangat tak menyurutkan langkahnya
untuk maju menimba pengetahuan dan pengalaman di dunia pendidikan khususnya
matematika demi anak-anak didiknya.
Bertempat di
Aula PPPPTK Matematika, jalan Kaliurang Km 6 , Sambisari, Condongcatur,
Sleman Yogyakarta, Peserta yang berasal dari negara-negara Asia Tenggara dan
beberapa perwakilan dari provinsi di Indonesia berkumpul. Mereka terdiri dari Kalimantan Barat ( 1 orang ),
Sumatra Selatan ( 1 orang ), Bengkulu ( 2 orang ), NAD ( 2 Oang ), NTB ( 2 orang ),
Jawa Timur ( 1 orang ), DKI Jakarta ( 1 orang ), Yogyakarta ( 2 orang ),
dan Jawa Tengah ( Pak Angga ). Di antara
para peserta dari Indonesia, Pak Angga satu-satunya peserta dari sekolah Swasta
, dan ia boleh bangga karena ia membawa nama SD Marsudirini. Di samping itu
beberapa peserta dari negara-negara Asia Tenggara : Brunei Darussalam, Kamboja,
Laos, Malaysia, Philipina, Thailand, dan Vietnam. Oleh karena itu bahasa
pengantar yang digunakan selama Diklat adalah Bahasa Inggris.
Hari pertama (
Opening Day ) masing-masing peserta memperkenalkan dirinya dalam bahasa
Inggris, setelah itu peserta di bagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok terdiri
dari 5 peserta yang terdiri dari negara yang berbeda.
Selama 3 minggu,
setiap kelompok diberi materi dan harus dibahas bersama , setelah itu
dipresentasikan di depan peserta lain. Namun,
kegiatan tak hanya in-door saja, ada pula kegiatan out door yang disebut “Math
Door”. Kegiatan dilaksanakan di Candi Borobudur, Candi Prambanan, Pantai Baron,
Pantai Kukup dan Krakal serta gua Pindul. Peserta tak hanya ber-rekreasi, namun
tugas mereka adalah “To Understand Math Formula with solve the real problem”,
yaitu untuk membuktikan kebenaran tinggi, luas dan volume bangunan atau tempat
yang mereka kunjungi. Sedangkan materi
yang paling susah bagi Pak angga adalah “Literative Quarantaty &
Measuring”, di mana peserta diajarkan tentang pengukuran dan prakiraan/asumsi.
Sebagai contoh peserta diminta untuk membuktikan tinggi suatu benda tanpa menggunakan
alat ukur standar.
Tiga minggu
terlalu singkat, bagi para peserta. Kenangan kebersamaan dengan rekan-rekan
dari manca negara amat sayang untuk dilupakan.
“Perjumpaan
dengan guru-guru yang profesional dalam mengajar, sungguh menginspirasi. Kami
dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman. Dan selama kurang lebih 3 minggu
dalam kebersamaan, kami sudah seperti keluarga sendiri, walaupun kami berasal
dari budaya dan bangsa yang berbeda.” Itulah kesan-kesan dari Pak Angga selama
mengikuti Diklat SEAMEO QITEP.
Puncak acara
adalah” Night Culture” ( Malam Kebudayaan ), di mana masing-masing peserta
memperkenalkan kebudayaannya melalui pentas seni dan baju daerah yang mereka
kenakan pada malam itu. Tak ketinggalan Pak Angga yang mewakili Jawa Tengah,
mengenakan Blankon dan baju sorjan khas Surakarta. Dan dalam acara tersebut, ia
menampilkan Tembang Gambuh, andalannya.
Acara ditutup dengan saling tukar
menukar souvenir, karena tiap peserta memang diwajibkan membawa souvenir untuk sejumlah
peserta.
SEAMEO
QITEP berikutnya akan dilaksanakan di Manila, Philipina.
See U, Guys !
See U next time ! We will meet again .... !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar